Jumat, 09 November 2012

laporan bisnis networking Laporan bisnis community networking Oleh: M. ARIFIN 10596 013 09 KELAS VII. A JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2012 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja. Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Bisnis merupakan suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Bisnis bersifat dinamis, mengalami kemajuan dan kemunduran pada saat bergerak melalui siklus hidupnya. Setiap perusahaan berusaha mengolah bahan untuk dijadikan produk yang diperlukan oleh konsumen. Produk dapat berupa barang dan/atau jasa. Tujuan perusahaan membuat produk adalah untuk mendapatkan laba, yakni imbalan yang diperoleh perusahaan dari penyediaan suatu produk bagi konsumen. Laba merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah perusahaan. Berdasar tingkat laba yang dicapai oleh suatu perusahaan, investor mempertimbangkan pilihan mereka untuk berinvestasi. B. Tujuan Tujuan praktek lapang ini yaitu untuk mengetahui Usaha yang dijalankan pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar II. TINJAUAN PUSTAKA Perusahaan atau bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. (Mahmud : 2005) Penjualan produk adalah proses perencanaan dan penerapan konsepsi, penetapan harga, dan distribusi barang, jasa, dan ide untuk mewujudkan pertukaran dan memenuhi tujuan individu atau organisasi. Penjulan menacakup bebagai aktifitas yang ditujukan pada rangkaian berbagai jenis barang, jasa dan ide. Aktifitas ini meliputi pengembangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi untuk memenuhi kebutuhan barang jasa oleh konsumen maupun industry pengguna. (Ama : 2005) III. METODE PRAKTEK LAPANG 3.1 Tempat dan Waktu Praktek lapang ini dilaksanakan pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar yang terletak Di Desa Pa’rappunganta, Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Praktek ini berlangsung pada hari Sabtu 16 Juni 2012 a. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan dalam pengambilan data pada praktek lapang ini yaitu dengan menggunakan data primer atau yang diperoleh melalui wawancara langsung dari petani responden melalui daftar pertanyaan (Kuisioner) ini dilakukan karena diperlukan data valid dan reliebel agar hasil yang di dapat mengandung kebenaran. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Potensi Responden Responden dalam penelitian ini adalah salah satu karyawan PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar. Karakteristik responden dapat dilihat dari segi umur, pendidikan, dan pengalaman bekerja. Aspek-aspek tersebut sangan erat kaitannya dengan pada usaha PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar. Adapun karakteristik responden adalah sebagai berikut : 1. Umur Responden Tingkat umur merupakan salah satu factor yang menentukan dalam melakukan suatu usaha. Umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Pada umumnya karyawan/tenaga kerja yang berusia muda dan sehat mempunyai fisik yang lebih kuat dan cepat menerima informasi dan inovasi baru, hal ini disebabkan karena karyawan yang berumur mudah lebih berani menaggung resiko, walaupun karyawan tersebut masih kurang pengalaman sehingga untuk menutupi kekurangannya, maka karyawan yang muda bertindak lebih dinamis, sehingga cepat mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang berharga bagi perkembangan hidupya pada masa-masa yang akan datang. Sebaliknya karyawan yang umurnya relatif tua, mempunyai kapasitas pengelolaan dalam menjalankan usahanya dengan lebih matang karena banyaknya pengalaman yang dialaminya, sehingga lebih berhati-hati dalam bertindak atau dalam bekerja dalam menajalankan usahanya. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari responden menunjukkan bahwa umur responden 50 tahun. Dengan demikian bahwa umur karyawan/tenaga kerja tersebut pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar digolongkan dalam kelompok usia yang produktif. 2. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan formal Karyawan/tenaga kerja merupakan salah satu factor yang cukup penting dalam pengembangan usaha, terutama dengan penyerapan inovasi yang menunjang pencapaian produksi yang optimal. Pendidikan formal yang relatif lebih tinggi akan lebih memudahkan karyawan dalam menerapkan teknologi baru serta teknik-teknik baru dalam bekerja, sehingga dengan demikian kemajuan-kemajuan teknologi dapat diaplikasikan dengan cepat dan mudah (Mosher, 2000). Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari responden menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yaitu diploma 3 (D3). Dengan demikian bahwa tingkat penididikan dari responden berada pada kategori tinggi yaitu D3. 3. Pengalaman Bekerja/Menjalankan Usahanya Pengalaman bekerja dapat dilihat dari lamanya karyawan dalam menekuni usahanya. Semakin lama karyawan menggeluti usahanya, maka akan semakin banyak pengalaman yang mereka miliki. Pada umumnya karyawan yang memiliki pengalaman yang cukup lama cenderung memiliki kemampuan dalam bekerja yang lebih baik, pengalaman dalam bekerja erat kaitannya dengan tingkat keterampilan seseorang dalam berusaha. Karena umumnya karyawan yang berpengalaman kemudian ditunjang dengan pendidikan yang cukup, maka karyawan tersebut akan lebih terampil dalam mengelola usahanya. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari responden menunjukkan pengalaman dalam menjalankan usahanya responden yaitu 28 tahun yakni dikategorikan cukup lama dan lebih berpengalaman serta terampil dalam menajalankan usahanya. 4. Produk Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (dimanfaatkan, dikonsumsi, atau dinikmati). Suatu produk yang tersedia di PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar dapat diperoleh dengan mudah dengan harga terjangkau. Produk tersebut dikemas sederhana dan dapat dibeli secara eceran dengan harga relative murah. Perusahaan ini umumnya menjual produknya kepada grosir yang kemudian akan meneruskannya ke took-toko pengecer. a. Produk Individu Pengembangan dan pemasaran produk individu difokuskan kepada keputusan mengenai sifat produk, penerapan merek, kemasan dan penerapan lebel. Pengembangan produk meliputi penetapan manfaat yang dikomunikasikan dan disampaikan melalui ciri produk, seperti kualitas, bentuk, dan desain. Keputusan tentang sifat-sifat produk ini sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap suatu produk. 1. Kualitas Produk Kualitas mempunyai dua dimensi, tingkat, dan konsistensi. Dalam pengembangan produk PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar langkah pertama yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk dipasar sasaran. Kualitas produk melambangkan kemampuan produk untuk menjalankan fungsinya yang meliputi keawetan, keandalan, serta sifat-sifat lainnya. 2. Bentuk produk Bentuk suatu produk dapat ditawarkan dalam berbagai model. Perusahaan dapat menciptakan bentuk dengan mengembangkan berbagai variasi model. Penampilan bentuk produk merupakan alat untuk membedakan produk sebuah perusahaan dari produk perusahaan lain yang menjadi pesaingnya. Untuk mengetahui bentuk produk dan menentukan pilihan yang akan diterapkan untuk inovasi produk pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar dengan melakukan survey pembeli yang memanfaatkan produknya dan menanyakan alasan menyukai produk tersebut, ciri produk yang paling disukai, dan bagian yang perlu dikembangkan. Seperti dengan melakukan pengemasan produk gula secara eceran atau dengan takaran per kilogram atau perliter dengan alasan bahwa konsumen dapat membeli sesuai dengan kebutuhannya. Jawaban konsumen seperti hal tersebut akan memperkaya ide untuk inovasi produk. 3. Desain Produk Cara lain untuk mempertajam perbedaan dengan produk perusahaan pesaing dapat ditempuh melalui desain produk. Desain merupakan suatu konsep yang lebih besar daripada model. Model hanya dapat memperlihatkan tampilan produk yang menarik pandangan. Model yang sensasional dapat menarik perhatian. Seperti produk gula pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar mendesain produk gula dengan menambahkan zat kedalam gula untuk merubah warna mejadi putih bersih karena umumnya konsumen menyukai produk yang memiliki warna putih bersih. Desain lebih memberi kesan daripada gaya. Desain yang baik memberikan kontribusi baik pada manfaat maupun penampilan produk. Desainer yang baik tidak hanya mempertimbangkan penampilan tetapi juga menciptakan produk yang mudah, aman, tidak mahal dalam penggunaan dan perawatan, sederhana, dan ekonomis dalam produksi dan distribusinya. b. Citra Produk Yang Memenuhi Keinginan Program utuh untuk perencanaan dan pengembangan produk meliputi strategi dan kebijaksanaan penambahan beberapa citra produk seperti desain, warna dan kualitas. 1. Desain dan warna Desain produk yang mengacu pada susunan elemen dan secara kolektif menjadikan barang dan jasa lebih baik merupakan suatu cara untuk memebuhi keinginan konsumen. Desain yang baik dapat meningkatkan daya jual suatu produk dengan membuatnya lebih mudah digunakan, meningkatkan kualitasnya, memperbaiki penampilan dan/atau menurunkan biaya pembuatannya. Desain yang berbeda dapat merupakan cirri khas yang membedakannya dari produk sejenis. Bagi konsumen maupun perusahaan, desain produk memiliki arti dan harus menjadi perhatian. Sejumlah perusahaan yang berkembang menurunkan harga sebagai suatu sarana komperisi. Namun, PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar tidak dapat menurunkan atau menaikkan harga karna harga bahan pokok tersebut sudah ditetapkan dari pemerintah sehingga perusahaan ini hanya berpikir untuk mendesain produk agar konsumen banyak tertarik dan menyukai produk yang ditawarkan. 2. Kualtas Produk Kualitas produk merupakan suatu unit sifat yang membentuk citra suatu barang atau jasa yang menentukan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun demikian kualitas suatu produk sebagaimana yang diungkapkan tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan penilaian konsumen terhadap produk. Selera pribadi tidak dapat dipisahkan dari penilain kualitas suatu produk. Sesuatu yang disukai oleh seseorang, bagi orang lain dapat merupakan sesuatu yang tidak disenangi. Disampng selera pribadi, harapan individu juga berpengaruh terahadap ketetapan tentang kualitas. Evaluasi terhadap kualitas suatu produk ditentukan oleh pengalaman nyata dalam menggunakan suatu poduk atau jasa.. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (dimanfaatkan, dikonsumsi, atau dinikmati). Produk Individu yaitu : a. Kualitas produk b. Bentuk produk c. Desain produk Citra Produk Yang Memenuhi Keinginan yaitu : a. Desain dan warna b. Kualitas produk 5.2 Saran Permakin permintaan konsumen tentang produk tersebut akan semakin bertambah, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perusahaan harus bisa memenuhi permintaan tresebut dengan memperbaiki kualitas dan menciptakan desain produk yang baru.

Laporan bisnis community networking Oleh: M. ARIFIN 10596 013 09 KELAS VII. A JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2012 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja. Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Bisnis merupakan suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Bisnis bersifat dinamis, mengalami kemajuan dan kemunduran pada saat bergerak melalui siklus hidupnya. Setiap perusahaan berusaha mengolah bahan untuk dijadikan produk yang diperlukan oleh konsumen. Produk dapat berupa barang dan/atau jasa. Tujuan perusahaan membuat produk adalah untuk mendapatkan laba, yakni imbalan yang diperoleh perusahaan dari penyediaan suatu produk bagi konsumen. Laba merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah perusahaan. Berdasar tingkat laba yang dicapai oleh suatu perusahaan, investor mempertimbangkan pilihan mereka untuk berinvestasi. B. Tujuan Tujuan praktek lapang ini yaitu untuk mengetahui Usaha yang dijalankan pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar II. TINJAUAN PUSTAKA Perusahaan atau bisnis adalah usaha perdagangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang terorganisasi untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. (Mahmud : 2005) Penjualan produk adalah proses perencanaan dan penerapan konsepsi, penetapan harga, dan distribusi barang, jasa, dan ide untuk mewujudkan pertukaran dan memenuhi tujuan individu atau organisasi. Penjulan menacakup bebagai aktifitas yang ditujukan pada rangkaian berbagai jenis barang, jasa dan ide. Aktifitas ini meliputi pengembangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi untuk memenuhi kebutuhan barang jasa oleh konsumen maupun industry pengguna. (Ama : 2005) III. METODE PRAKTEK LAPANG 3.1 Tempat dan Waktu Praktek lapang ini dilaksanakan pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar yang terletak Di Desa Pa’rappunganta, Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Praktek ini berlangsung pada hari Sabtu 16 Juni 2012 a. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan dalam pengambilan data pada praktek lapang ini yaitu dengan menggunakan data primer atau yang diperoleh melalui wawancara langsung dari petani responden melalui daftar pertanyaan (Kuisioner) ini dilakukan karena diperlukan data valid dan reliebel agar hasil yang di dapat mengandung kebenaran. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Potensi Responden Responden dalam penelitian ini adalah salah satu karyawan PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar. Karakteristik responden dapat dilihat dari segi umur, pendidikan, dan pengalaman bekerja. Aspek-aspek tersebut sangan erat kaitannya dengan pada usaha PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar. Adapun karakteristik responden adalah sebagai berikut : 1. Umur Responden Tingkat umur merupakan salah satu factor yang menentukan dalam melakukan suatu usaha. Umur sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berpikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Pada umumnya karyawan/tenaga kerja yang berusia muda dan sehat mempunyai fisik yang lebih kuat dan cepat menerima informasi dan inovasi baru, hal ini disebabkan karena karyawan yang berumur mudah lebih berani menaggung resiko, walaupun karyawan tersebut masih kurang pengalaman sehingga untuk menutupi kekurangannya, maka karyawan yang muda bertindak lebih dinamis, sehingga cepat mendapatkan pengalaman-pengalaman baru yang berharga bagi perkembangan hidupya pada masa-masa yang akan datang. Sebaliknya karyawan yang umurnya relatif tua, mempunyai kapasitas pengelolaan dalam menjalankan usahanya dengan lebih matang karena banyaknya pengalaman yang dialaminya, sehingga lebih berhati-hati dalam bertindak atau dalam bekerja dalam menajalankan usahanya. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari responden menunjukkan bahwa umur responden 50 tahun. Dengan demikian bahwa umur karyawan/tenaga kerja tersebut pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar digolongkan dalam kelompok usia yang produktif. 2. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan formal Karyawan/tenaga kerja merupakan salah satu factor yang cukup penting dalam pengembangan usaha, terutama dengan penyerapan inovasi yang menunjang pencapaian produksi yang optimal. Pendidikan formal yang relatif lebih tinggi akan lebih memudahkan karyawan dalam menerapkan teknologi baru serta teknik-teknik baru dalam bekerja, sehingga dengan demikian kemajuan-kemajuan teknologi dapat diaplikasikan dengan cepat dan mudah (Mosher, 2000). Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari responden menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yaitu diploma 3 (D3). Dengan demikian bahwa tingkat penididikan dari responden berada pada kategori tinggi yaitu D3. 3. Pengalaman Bekerja/Menjalankan Usahanya Pengalaman bekerja dapat dilihat dari lamanya karyawan dalam menekuni usahanya. Semakin lama karyawan menggeluti usahanya, maka akan semakin banyak pengalaman yang mereka miliki. Pada umumnya karyawan yang memiliki pengalaman yang cukup lama cenderung memiliki kemampuan dalam bekerja yang lebih baik, pengalaman dalam bekerja erat kaitannya dengan tingkat keterampilan seseorang dalam berusaha. Karena umumnya karyawan yang berpengalaman kemudian ditunjang dengan pendidikan yang cukup, maka karyawan tersebut akan lebih terampil dalam mengelola usahanya. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari responden menunjukkan pengalaman dalam menjalankan usahanya responden yaitu 28 tahun yakni dikategorikan cukup lama dan lebih berpengalaman serta terampil dalam menajalankan usahanya. 4. Produk Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (dimanfaatkan, dikonsumsi, atau dinikmati). Suatu produk yang tersedia di PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar dapat diperoleh dengan mudah dengan harga terjangkau. Produk tersebut dikemas sederhana dan dapat dibeli secara eceran dengan harga relative murah. Perusahaan ini umumnya menjual produknya kepada grosir yang kemudian akan meneruskannya ke took-toko pengecer. a. Produk Individu Pengembangan dan pemasaran produk individu difokuskan kepada keputusan mengenai sifat produk, penerapan merek, kemasan dan penerapan lebel. Pengembangan produk meliputi penetapan manfaat yang dikomunikasikan dan disampaikan melalui ciri produk, seperti kualitas, bentuk, dan desain. Keputusan tentang sifat-sifat produk ini sangat mempengaruhi reaksi konsumen terhadap suatu produk. 1. Kualitas Produk Kualitas mempunyai dua dimensi, tingkat, dan konsistensi. Dalam pengembangan produk PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar langkah pertama yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk dipasar sasaran. Kualitas produk melambangkan kemampuan produk untuk menjalankan fungsinya yang meliputi keawetan, keandalan, serta sifat-sifat lainnya. 2. Bentuk produk Bentuk suatu produk dapat ditawarkan dalam berbagai model. Perusahaan dapat menciptakan bentuk dengan mengembangkan berbagai variasi model. Penampilan bentuk produk merupakan alat untuk membedakan produk sebuah perusahaan dari produk perusahaan lain yang menjadi pesaingnya. Untuk mengetahui bentuk produk dan menentukan pilihan yang akan diterapkan untuk inovasi produk pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar dengan melakukan survey pembeli yang memanfaatkan produknya dan menanyakan alasan menyukai produk tersebut, ciri produk yang paling disukai, dan bagian yang perlu dikembangkan. Seperti dengan melakukan pengemasan produk gula secara eceran atau dengan takaran per kilogram atau perliter dengan alasan bahwa konsumen dapat membeli sesuai dengan kebutuhannya. Jawaban konsumen seperti hal tersebut akan memperkaya ide untuk inovasi produk. 3. Desain Produk Cara lain untuk mempertajam perbedaan dengan produk perusahaan pesaing dapat ditempuh melalui desain produk. Desain merupakan suatu konsep yang lebih besar daripada model. Model hanya dapat memperlihatkan tampilan produk yang menarik pandangan. Model yang sensasional dapat menarik perhatian. Seperti produk gula pada PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar mendesain produk gula dengan menambahkan zat kedalam gula untuk merubah warna mejadi putih bersih karena umumnya konsumen menyukai produk yang memiliki warna putih bersih. Desain lebih memberi kesan daripada gaya. Desain yang baik memberikan kontribusi baik pada manfaat maupun penampilan produk. Desainer yang baik tidak hanya mempertimbangkan penampilan tetapi juga menciptakan produk yang mudah, aman, tidak mahal dalam penggunaan dan perawatan, sederhana, dan ekonomis dalam produksi dan distribusinya. b. Citra Produk Yang Memenuhi Keinginan Program utuh untuk perencanaan dan pengembangan produk meliputi strategi dan kebijaksanaan penambahan beberapa citra produk seperti desain, warna dan kualitas. 1. Desain dan warna Desain produk yang mengacu pada susunan elemen dan secara kolektif menjadikan barang dan jasa lebih baik merupakan suatu cara untuk memebuhi keinginan konsumen. Desain yang baik dapat meningkatkan daya jual suatu produk dengan membuatnya lebih mudah digunakan, meningkatkan kualitasnya, memperbaiki penampilan dan/atau menurunkan biaya pembuatannya. Desain yang berbeda dapat merupakan cirri khas yang membedakannya dari produk sejenis. Bagi konsumen maupun perusahaan, desain produk memiliki arti dan harus menjadi perhatian. Sejumlah perusahaan yang berkembang menurunkan harga sebagai suatu sarana komperisi. Namun, PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Pabrik Gula Takalar tidak dapat menurunkan atau menaikkan harga karna harga bahan pokok tersebut sudah ditetapkan dari pemerintah sehingga perusahaan ini hanya berpikir untuk mendesain produk agar konsumen banyak tertarik dan menyukai produk yang ditawarkan. 2. Kualtas Produk Kualitas produk merupakan suatu unit sifat yang membentuk citra suatu barang atau jasa yang menentukan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan. Meskipun demikian kualitas suatu produk sebagaimana yang diungkapkan tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan penilaian konsumen terhadap produk. Selera pribadi tidak dapat dipisahkan dari penilain kualitas suatu produk. Sesuatu yang disukai oleh seseorang, bagi orang lain dapat merupakan sesuatu yang tidak disenangi. Disampng selera pribadi, harapan individu juga berpengaruh terahadap ketetapan tentang kualitas. Evaluasi terhadap kualitas suatu produk ditentukan oleh pengalaman nyata dalam menggunakan suatu poduk atau jasa.. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (dimanfaatkan, dikonsumsi, atau dinikmati). Produk Individu yaitu : a. Kualitas produk b. Bentuk produk c. Desain produk Citra Produk Yang Memenuhi Keinginan yaitu : a. Desain dan warna b. Kualitas produk 5.2 Saran Permakin permintaan konsumen tentang produk tersebut akan semakin bertambah, untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perusahaan harus bisa memenuhi permintaan tresebut dengan memperbaiki kualitas dan menciptakan desain produk yang baru.

Laporan perencanaan pembangunan pertanian tanaman padi di kabupaten gowa Laporan perencanaan pembangunan pertanian tanaman padi di kabupaten gowa Oleh: Kelompok genap JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2012 HALAMANA JUDUL Judul : Laporan Perencanaan Pembangunan Pertanian Tanaman Padi di Kabupaten Gowa Kelas/Kelompok : VI A/ Genap M. Arifin Jumziah Fika Susianti St. Rachma Jumadil Awal Awwal Sumantri Fahrullah M. Risal Hasan Supu Andi Ruslan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Salam dan shalawat kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menuntun umatnya minassulumati ilannur. Makalah ini memfokuskan perumusan perencanaan pembagunan pertanian tanaman padi di Kabupaten Gowa Akhir kata, terima kasih untuk beberapa pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa pula kami meminta kritik dan saran dari yang lain, karena kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Makassar, Juli 2012 Penyusun I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian tanaman pangan khususnya tanaman padi mempunyai nilai strategis karena merupakan tulang punggung ketahanan pangan dan hajat hidup pendudukIndonesia. Hal ini tampak pada kebutuhan beras yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan penduduk (1,9%), dimana permintaan beras untuk tahun 2025 diperkirakan mencapai 78 juta ton. Salah satu usaha peningkatan produksi dilakukan melalui intensifikasi dengan perbaikan teknologi budidaya tanaman padi. Pemanfaatan sumberdaya baik lahan, air, tanaman dan organisme dalam budidaya tanaman padi sampai sekarang ini belum optimal. Hal ini tampak dari rendahnya efisiensi penggunaan input, hasil gabah per hektar, semakin banyaknya masalah hama dan penyakit dalam budidaya tanaman padi dan lain-lain. Oleh karena itu dalam sistem pertanian yang berkelanjutan perlu adanya perbaikan dalam strategi pengelolaan sumberdaya lahan, air, tanaman dan organisme (LATO) untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan input produksi. Dalam konsep tersebut, penggunaan komponen teknologi disesuaikan dengan kondisi setiap lokasi dimana antara komponen teknologi satu dengan lainnya bersinergi. B. Latar depan Berdasarkan kondisi Kabupaten Gowa saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun ke depan serta dengan memperhatikan potensi dan faktor strategis yang dimiliki daerah ini, maka Visi dan Misi Kabupaten Gowa tahun 2005-2025 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Visi Penetapan visi Kabupaten Gowa didasari oleh keiginan yang kuat dari masyarakat untuk menjadikan Kabupaten Gowa sebagai daerah yang mampu memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki. Visi Kabupaten Gowa Tahun 2005-2025 adalah “Gowa menjadi andalan Sulawesi Selatan dan sejajar daerah termaju di Indonesia dalam mensejahterakan masyarakat.” Pernyataan visi tersebut mengandungmakna : • Andalan Sulawesi Selatan merupakan tujuan awal yang ingin dicapai oleh Kabupaten Gowa dalam proses pembangunan 20 tahun ke depan, yakni adalah dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya indicator kesejahteraan masyarakat dengan tetap berpengang teguh pada nilai budaya dan agama. Konsep ini juga berarti tujuan pembangunan Kabupaten Gowa adalah memberikan kontribusi dan dukungan yang besar dalam mewujudkan tercapainya Sulawesi Selatan sebagai daerah terkemuka di Indonesia. Kondisi ini di dukung oleh posisi geografis Kabupaten Gowa yang strategis, tingkat aksesibilitas yang tinggi, sarana dan prasarana yang memadai, potensi sumber daya alam, serta akar budaya yang kuat. • Sejajar daerah termaju di Indonesia adalah tujuan selanjutnya yang ingin dicapai oleh Kabupaten Gowa yakni berusaha untuk mensejajarkan diri dengan daerah termaju di Indonesia. Indicator yang digunakan untuk menjadi sejajar dengan daerah termaju di Indonesia adalah tingkat pendapatan perkapita masyarakat, struktur ekonomi yang berimbang. Kemandirian dalam pembiayaan pembangunan, kemampuan pengelolaan potensi daerah, pembangunan yang berwawasan lingkungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), stabilitas politik dan keamanan serta penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Konsep ini juga mengandung makna motivator, yakni berusaha membangkitkan kembali semangat masyarakat Kabupaten Gowa untuk maju, pantang menyerah dan tidak cepat putus asa. Dengan demikian, diharapkan masyarakat Kabuparen Gowa memiliki “self confidence” dan “fighting spirit” yang tinggi dalam proses pembangunan Kabupaten Gowa ke depan. • Tujuan akhir yang ingin dicapai dari pelaksana pembangunan di Kabupaten Gowa adalah kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek bersifat lahiriah dan batiniah. 2. Misi Sebagai tindak lanjut dari pernyataan visi yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan misi yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Kabupaten Gowa dapat terlaksana dengan baik dan tujuan pembangunan dapat tercapai. Untuk mewujudkan visi Kabupaten Gowa maka ditetapkan misi sbagai berikut: • Mewujudkan Daya Saing Daerah adalah memperkuat struktur perkonomian daerah yang berbasis pertanian dengan keunggulan konpetitif melalui pembangunan system produksi, distribusi dan pemasaran, mengedepankan pembangunan SDM yang berkualitas dengan berbasis pada nilai budaya, pengembangan keagamaan, penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), pembangunan sarana dan prasana yang terpadu. Penegakan supremasi hukum dan perwujudan pemerintah yang menerapkan prinsip “good govermment dan good governance” pengembangan kerja sama dalam skala interkoneksitas wilayah, swasta dan masyarakat. • Mewujudkan Kemandirian Pembangunan yang Berkelanjutan adalah membangun kemampuan dan kekuatan yang berasal dari potensi daerah sendiri untuk dapat bebas menentukan nasib sejajar dan sederajat dengan daerah yang maju. Kemampuan diri dapat terecermin dari upaya optimalisasi manajemen keuangan daerah dan sumber-sumber pembiyaan pembangunan melalui intensifikasi, ekstensikasi dan difersifikasi, optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). • Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan adalah meningkatkan pembangunan yang berorientasi pada pengurangan kesenjangan pembangunan antara wilwyah dataran tinggi dengan dataran rendah, keberpihakan kepada masyarakat ( community development), penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh, dan menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk kesetaraan laki-laki dengan perempuan ( gender). II. PENILAIAN KONDISI SEKARANG A. Potensi Wilayah a. Sumber Daya Alam (SDA) Luas wilayah kabupaten Gowa yaitu I.883.33 km2 dalam 4,13℅. Total jumlah penduduk Kabupaten Gowa 652.941 jiwa, dalam 8,13℅ Kepadatan penduduk 347 orang/km2. Laju pertumbuhan penduduk 2.46℅. Rata-rata curah hujan dari bulan Januari-Desember yaitu 339,5. Rata-rata hari hujan dari bulan Januari 23. Luas panen tanaman jagung Kabupaten Gowa yaitu 43.001 Ha dan produksi tanaman jagung Kabupaten Gowa yaitu 213.186 ton b. Teknologi Dalam pengembangan tanaman padi, perlu adanya teknologi yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Salah satu teknologi yang digunakan adalah teknik irigasi dan drainase. B. Hasil yang ingin dicapai Dengan berbagai upaya dan kebijakan yang telah diambil maka diharapkan produksi tanaman padi untuk jangka panjang dapat meningkat. III. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN Dalam menunjang pembangunan pertanian maka kebijakan yang diambil adalah : 1. Pencapaian Swasembada dan swasembada berkelanjutan Padi dan jagung sudah swasembada. Oleh karena itu diprogramkan menjadi swasembada berkelanjutan. Agar swasembada berkelanjutan ini dapat dipertahankan, maka target peningkatan produksinya minimal sama dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri. Dengan memperhitungkan laju pertumbuhan penduduk secara nasional, permintaan bahan baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dalam rangka stabilitas harga serta pemenuhan peluang eskpor, maka produksi pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 75,70 juta ton. Namun dengan melihat perkembangan pangan dunia dan dampak perubahan iklim Presiden menetapkan bahwa pada tahun 2014 Indonesia tidak cukup hanya swasembada berkelanjutan tetapi harus surplus 10 juta ton beras!. Semula sesuai dengan renstra Kementan menuju tahun 2014 ini, produksi padi tahun 2011 ditetapkan 68,8 juta ton (dinaikkan menjadi 70,60 juta ton). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai sasaran ini, seperti melaksanakan SLPTT, bantuan benih langsung dsbnya. Tetapi karena dampak iklim, adanya serangan hama penyakit, konversi lahan ke non pertanian, ternyata sasaran swasembada berkelanjutan belum menjadi kenyataan. Untuk meraih swasembada dan swasembada berkelanjutan ini diharapkan ada dukungan utama berupa perluasan lahan seluas 2 juta hektar selama 2012-2014. Menurut Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan realisasi cetak sawah baru selama lima tahun terakhir (2006-2010) hanya sekitar 69.102 ha atau bertambah 14 ribu ha pertahun. Angka tersebut jauh di bawah target pencetakan sawah baru seluas 100 ribu ha pertahun. Diperkirakan defisit areal persawahan produktif dari tahun ke tahun semakin membesar. Idealnya . pemerintah perlu melakukan cetak sawah baru 200 ribu ha/tahun, atau minimal 100 ha per tahun. 2. Peningkatan Diversifikasi Pangan Dalam rangka swasembada pangan, diversifikasi pangan menjadi keharusan. Menurut statistik konsumsi beras perkapita rakyat Indonesia mencapai 139,5 kg/orang/tahun. Ini angka konsumsi tertinggi di Asia. Bahkan mungkin di dunia. Menyadari akan hal ini pemerintah telah bertekad untuk penurunan tingkat konsumsi beras masyarakat sebesar 1,5% pertahun. Melalui program yang terarah ternyata pada tahun 2010 yang lalu target ini dapat diraih. Pemerintah telah bertekad bahwa konsumsi per kapita/th untuk tahun 2011 sebesar 138,24 kg; tahun 2012 sebesar 137,34; tahun 2013 sebesar 136,44 dan tahun 2014 sebesar 135,55 kg. Peluang ini sebenarnya dapat diraih mengingat selain beras, Indonesia mempunyai banyak sumber karbohidrat mulai dari jagung, sagu, singkong, ubi, talas, gembili, kentang serta umbi-umbian lainnya. Dengan pengolahan sedemikian rupa akan menjadi pangan yang mengundang selera. Pola makan yang amat tergantung pada beras tidak baik untuk masa depan. Selain tidak baik untuk kesehatan (kurang variasi jenis asupan karbohidrat vitamin, protein, glukosa), beras minded berpotensi membuat ketahanan pangan kita rentan. Bayangkan, jika suatu ketika, produksi padi nasional Indonesia, karena bencana, anomali iklim atau sebab lainnya-tak sanggup memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Maka meningkatkan diversifikasi pangan menjadi keharusan. Pangan yang beragam lebih menjamin ketahanan pangan. 3. Peningkatan Nilai tambah, daya saing dan Ekspor Dalam tahun 2011 kinerja ekspor pertanian masih terus meningkat. Perkembangan positif ini terjadi berkat kerjasama dan kerja keras semua pihak, termasuk para petani, aparat dan praktisi bisnis pertanian. Dalam tahun 2011, Semester I, ekspor pertanian mencapai angka 21,6 miliar dolar USD atau meningkat 115% dari posisi tahun 2009. Perkembangan menggembirakan juga terjadi dengan surplus neraca ekspor-impor komoditas sektor pertanian. 4. Peningkatan kesejahteraan petani Untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani, pemerintah menggulirkan kebijakan dan program pembangunan pertanian. Dalam bentuk kebijakan, antara lain berupa penetapan harga pokok pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah/beras, penetapan harga eceran (HET) pupuk bersubsidi, serta kebijakan pembatasan importasi dan stabilisasi harga. Berbagai program pembangunan juga telah, sedang dan terus digulirkan untuk membina, melindungi dan memberdayakan petani. Antara lain pemberian bantuan langsung pupuk dan benih unggul, bantuan pembiayaan melalui skema Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), bantuan LM3 (Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat), KUPS (Kredit Usaha Pembibitan Sapi), KUR (Kredit Usaha Rakyat), penggantian sarana produksi dan biaya pengolahan sawah untuk yang terkena puso (gagal panen), bantuan alat dan mesin pertanian (pompa, hand tractor, terpal), perbaikan sarana jalan dan irigasi tingkat desa, serta beberapa program pemberdayaan petani. IV. MASALAH DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitaslahan. Disisi lain sumberdaya alam terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usahatani padi, agar usahatani padidapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat berlanjut. V. PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Agar kebijakan yang telah disusun dapat berjalan dengan baik, maka penyusunan program kerja sangatlah penting, karen program tersebut sangat menunjang keberhasilan dari sebuah perencanaan. Untuk mendukung program tersebut maka telah dirumuskan 6 program, yaitu: 1. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dirasakan sebagai program pemacu penguatan awal permodalan kelompok dan sebagai cikal bakal terbangunnya kelembagaan keuangan mikro di pedesaan. 2. SL-PTT; yang diikuti dengan pendampingan penyuluh dan tenaga POPT serta subsidi benih bermutu, telah mendorong kelompok tani secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap pupuk dan bahan pengendalian hama penyakit kimia sintetis, dengan perolehan hasil panen 7 – 21 % lebih tinggi dari pola pertanian konvensional, 3. Primatani, merupakan program akselerasi penerapan inovasi teknologi, mampu meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan kesejahteraan para anggota kelompok tani yang terlibat dalam program tersebut, 4. LM-3, secara nyata menciptakan kemandirian lembaga-lembaga keagamaan di bidang ekonomi, menjadi motor penggerak agribisnis di lingkungan masyarakat sekitarnya serta menghasilkan lulusan santri yang kuat di bidang aqidah dan siap menjadi wirausaha di bidang agribisnis, 5. Jitut dan jides yang pembangunannya dilaksanakan dengan pola swadaya masyarakat, tidak hanya menumbuhkan rasa kepemilikan yang kuat, tetapi juga tepat sasaran dan kebutuhan serta meningkatkan intensitas penanaman dari satu kali setahun menjadi 2 kali setahun; serta 6. Revitalisasi perkebunan, yang banyak membantu para petani pekebun melakukan peremajaan tanaman. Terungkap juga bahwa situasi kritis yang menimpa para pekebun sebagai dampak krisis financial global sudah terlampaui. Harga sawit (TBS) di tingkat petani sudah mencapai antara Rp. 970,- sampai Rp. 1050,- per Kg, sedangkan pendapatan petani karet juga sudah mulai merayap mencapai sekitar Rp. 40.000/hari/Ha. Persoalan yang dihadapi pekebun saat ini khususnya petani pekebun swadaya adalah kekurangan tenaga kerja. VI. PENUTUP Perencanaan pembangunan (pertanian) yang lebih aspiratif, demokratis dan akuntabel akan menjadi bagian dari modal sosial (social capital) dalam pembangunan pertanian masa depan. Sangat diperlukan berbagai instrumen dalam pengembangan wilayah berbasis pertanian yang dapat diimplementasikan. Untuk sampai pada implementasi tersebut, harus menjadi kesadaran semua pihak bahwa membangun visi, strategi, dan praksis kebijakan pertanian masa depan menghendaki pelibatan segenap stakeholders yaitu seluruh masyarakat (pertanian), sehingga kinerja yang dihasilkan akan lebih aspiratif, termotivasi, kreatif, inovatif, berkualitas dan berkelanjutan. Disadari bahwa hal itu tidak mudah dan tidak sederhana dilakukan, akan tetapi sangat tergantung kerja keras segenap masyarakat dan keberanian pimpinan.

paccapanen kangkung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kangkung merupakan salah satu sayuran yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan secara luas oleh petani di seluruh wilayah di Indonesia, bahkan di negara lain. Hal ini terbukti dengan banyak nama untuk jenis kangkung. Sosok tanaman kangkung sangat mudah dikenali, yaitu beruap perdu yang tumbuh tegak, batangnya tebal berserat dan sukulen. Pada beberapa jenis mempunyai duri daunnya bisa panjang dan tipis, besar atau kecil, berwarna hijau, batangnya berbentuk pecut muncul di pucuk (Sutarno, 1996). Akhir-akhir ini telah di galakkan usaha perbaikan keluarga dengan meningkatkan mutu gizi komsumsi pangan salah satu anjuran untuk menaggulangi gizi masyarakat akibat kekurangan yodium, zat besi, vitamin A dan kurangnya energi protein adalah dengan mengkomsumsi jenis- jenis sayuran dalam jumlah yang cukup. Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan , karena daunnya mengandung zat- zat gizi yang cukup tinggi seperti, protein,mineral besi,kalsium dan vitamin (Bandini, 2000). B. Tujuan Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui penanganan pascapnen tanaman kangkung di Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. BAB II METODE PRAKTEK LAPANG A. Waktu dan Tempat Praktikum lapang ini di laksanakan pada hari kamis, tanggal 19 januari 2012 di Kelurahan Bonto Lebang, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. B. Metode Praktikum Data yang di kumpulkan adalah data primer yaitu, data yang dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para petani responden tanaman kangkung dan dilanjutkan dengan studi pustaka yang membadingkan hasil pengamatan/wawancara dengan referensi di buku atau informasi lainnya. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Menurut petani responden, hasil yang didapatkan petani kangkung cukup memuaskan dimana kangkung lebih laku dari kangkung karena kandungannya lebih tinngi di bandingkan dengan kangkung, selain itu produktivitas kangkung cukup melimpah dalam satu kali panen yaitu 200 ikat per bedengan dimana harga per ikat yaitu Rp 1500 dan petani yang kami wawancarai memiliki tanaman sebanyak 3 bedengan dan biaya pemeliharaannya hanya ditaksir Rp 350.000 dan sudah termasuk biaya tetap dan biaya variabel sistem pemasaran yang dilakukan petani adalah pemasaran langsung dan tidak langsung dimana pedagang pengumpul datang untuk membeli dari petani. Penanganan pascapanen yang dilakukan oleh petani yang ada di Kelurahan tersebut meliputi pembersihan, pengikatan, pengemasan, pengangkutan dan pengolahan. B. Pembahasan Kangkung dapat di panen dalam waktu yang relatif singkat. hasil panen pada umumnya di jual segar sehingga penanganan pasca panen patut mendapat perhatian dengan teratur. 1. Panen Hampir semua konsumen kangkung tentunya menghendaki untuk mendapatkan daun-daun kangkung yang segar dan baik, untuk itu setiap tahap produksi sayur kangkung ini harus dilakukan pemantauan dengan benar dan pada waktu yang tepat untuk melakukan pemanenan, kerusakan daun dapat terjadi karena pemanenan yang salah dan kurang berhati-hati pada saat proses pemanenan di lakukan. hal ini dapat mempengaruhi kemudahan dalam pemasaran ataupun penentuan harga jualnya. Sesuai dengan sebutannya, pemaneman kangkung cabut dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman termasuk akarnya. pencabutan kangkung dilakukan dengan menarik batang bayam pada bagian bawa. Pencabutan harus di lakukan dengan hati- hati dan di perlukan tehnik atau kemampuan dalam pencabutan bayam agar tanaman tidak rusak, patah atau merusak tanaman lain yang ada di sampingnya, terutama yang masih kecil atau masih muda. Tidak semua tanaman kangkung dapat di panen secara serempak, penanaman dari benih memungkinkan pertumbuhan tanaman tidak seragam oleh karena itu pencabutan hanya dilakukan pada tanaman yang mempunyai tinggi 20 – 25cm , sisa tanaman lain dapat di panen pada hari – hari berikutnya setelah cukup tingginya intinya kita lihat cirri-cirinya apa sudah siap di panen atau tidak. Waktu untuk melakuakan pemanenan sebaiknya pada pagi atau sore hari saat tempratur udara tidak terlalu tinggi, apbila pemanenan dilakukan padasaat panas, daun kangkung akan cepat layu dan tentunya akan menurunkan kualitasnya akibat terkena sinar matahari yang lumayan panas (Sutarno, 1996). 2. Penanganan Pasca Panen Menurut Bandini (2000) sampai saat ini kangkung yang di beli oleh konsumen dalam keadaan segar sehingga penanganan pasca panen yang dilakukan petani atau pedagang pun masih sederhana , yang perlu dilakukan dalam penanganan pasca panen kangkung adalah melindungi dari kerusakan fisik atau kebusukan sehingga sampai di tangan konsumen. Hal ini merupakan bagian dari sortasi dan grading. Akan tetapi petani responden tidak melakukan hal itu. Semua tanaman kangkung yang sudah dipanen langsung dikumpulakan kemudian dibersihkan  Pembersihan Kangkung masih dalam keadaan baik dan segar sehingga konsumen pun merasa puas dengan mengonsumsi kangkung yang segar, daun- daun kangkung yang habis di panen dibersihkan dengan cara di cuci di bawah pancuran atau air yang mengalir untuk menghilangkan tanah dan hama yang masih menempel. Hal ini di lakukan karena sangat penting dalam kualitas kangkung juga untuk kesehatan karena adanya pencucian kangkung sebelum di pasarkan (AAK, 1993). Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh petani kangkung responden yang ada di Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Pembersihan kangkung dilakukan dengan cara merendam tanaman kangkung di dalam air beberapa saat kemudian mencucinya dengan air bersih. (Gambar 1) Pembersihan tanaman kangkung  Pengikatan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan dan untuk kekebalan tubuh serta bermamfaat untuk otak, karena daunnya banyak mengandung zat- zat gizi yang cukup tinggi seperti protein, mineral besi, kalsium dan vitamin. Tanaman kangkung mudah cara pembudidayaannya dan tidak menghendaki persyaratan tumbuh yang sulit. Tanaman kangkung dapat ditanam di dataran rendah atau datarn tinggi, pada semua jenis lahan (baik pekarangan, tegalan atau sawah ), dan tumbuh sepanjang tahun ( tidak mengenal musim).akan kangkung kadang juga di serang oleh hama maka dari itu perlu adanya penanganan. B. Saran Sebaiknya dalam penanganan pascapanen kangkung di kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar perlu di tambah sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Bandini, Yusni dkk. 2000. Bertanam kangkung. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Sutarno, Hadi, 1996. Agribisnis tanaman hortikultura. Jakarta: PT. penebar Swadaya

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kangkung merupakan salah satu sayuran yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan secara luas oleh petani di seluruh wilayah di Indonesia, bahkan di negara lain. Hal ini terbukti dengan banyak nama untuk jenis kangkung. Sosok tanaman  kangkung sangat mudah dikenali, yaitu beruap perdu yang tumbuh tegak, batangnya tebal berserat dan sukulen. Pada beberapa jenis mempunyai duri daunnya bisa panjang dan tipis, besar atau kecil, berwarna hijau, batangnya berbentuk pecut muncul di pucuk (Sutarno, 1996).
Akhir-akhir  ini telah di galakkan usaha perbaikan keluarga dengan meningkatkan mutu gizi komsumsi pangan salah satu anjuran untuk menaggulangi gizi masyarakat akibat kekurangan yodium, zat besi, vitamin A dan kurangnya energi protein adalah dengan mengkomsumsi jenis- jenis sayuran dalam jumlah yang cukup.
Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan , karena daunnya mengandung zat- zat gizi yang cukup tinggi seperti, protein,mineral besi,kalsium dan vitamin (Bandini, 2000).

B.     Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui  penanganan pascapnen tanaman kangkung di  Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar.






BAB II
METODE PRAKTEK LAPANG

A.    Waktu dan Tempat
Praktikum  lapang ini di laksanakan pada hari kamis, tanggal 19 januari 2012 di Kelurahan Bonto Lebang, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar.

B.     Metode Praktikum
Data yang di kumpulkan adalah data primer yaitu, data yang dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para petani responden tanaman kangkung dan dilanjutkan dengan studi pustaka yang membadingkan hasil pengamatan/wawancara dengan referensi di buku atau informasi lainnya.

















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil  Pengamatan

Menurut petani responden, hasil yang didapatkan  petani kangkung cukup memuaskan dimana kangkung lebih laku dari kangkung karena kandungannya lebih tinngi di bandingkan dengan kangkung, selain itu produktivitas kangkung cukup melimpah dalam satu kali panen yaitu 200 ikat per bedengan dimana harga per ikat yaitu Rp 1500 dan petani yang kami wawancarai memiliki tanaman sebanyak 3 bedengan dan biaya pemeliharaannya hanya ditaksir  Rp 350.000 dan sudah  termasuk biaya tetap dan biaya variabel sistem pemasaran yang dilakukan petani adalah pemasaran langsung dan tidak langsung dimana pedagang pengumpul datang untuk membeli dari petani. Penanganan pascapanen yang dilakukan oleh petani yang ada di Kelurahan tersebut meliputi pembersihan, pengikatan, pengemasan, pengangkutan dan pengolahan.

B.     Pembahasan
Kangkung dapat di panen dalam waktu yang relatif singkat. hasil panen pada umumnya di jual segar sehingga penanganan pasca panen patut mendapat perhatian dengan teratur.

1.      Panen
Hampir semua konsumen kangkung tentunya menghendaki untuk mendapatkan daun-daun kangkung yang segar dan baik, untuk itu setiap tahap produksi sayur kangkung  ini harus dilakukan pemantauan dengan benar dan pada waktu yang tepat untuk melakukan pemanenan, kerusakan daun dapat terjadi karena pemanenan yang salah dan  kurang berhati-hati pada saat proses pemanenan di lakukan. hal ini dapat mempengaruhi kemudahan dalam pemasaran ataupun penentuan harga jualnya.
Sesuai dengan sebutannya, pemaneman kangkung cabut dilakukan dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman termasuk akarnya. pencabutan kangkung dilakukan dengan menarik batang bayam pada bagian bawa. Pencabutan harus di lakukan dengan hati- hati dan di perlukan tehnik atau kemampuan dalam pencabutan bayam agar tanaman tidak rusak, patah atau merusak tanaman lain yang ada di sampingnya, terutama yang masih kecil atau masih muda.
Tidak semua tanaman kangkung dapat di panen secara serempak, penanaman dari benih memungkinkan pertumbuhan tanaman tidak seragam oleh karena itu pencabutan hanya dilakukan pada tanaman yang mempunyai tinggi 20 – 25cm , sisa tanaman lain dapat di panen pada hari – hari berikutnya  setelah cukup tingginya intinya kita lihat cirri-cirinya apa sudah siap di panen atau tidak.
Waktu untuk melakuakan pemanenan sebaiknya pada pagi atau sore hari saat tempratur udara tidak terlalu tinggi, apbila pemanenan dilakukan padasaat panas, daun kangkung akan cepat layu dan tentunya akan menurunkan kualitasnya akibat terkena sinar matahari yang lumayan panas (Sutarno, 1996).

2.      Penanganan Pasca Panen

Menurut Bandini (2000) sampai saat ini kangkung yang di beli oleh konsumen dalam keadaan segar sehingga penanganan pasca panen yang dilakukan petani atau pedagang pun masih sederhana , yang perlu dilakukan dalam penanganan pasca panen kangkung adalah melindungi dari kerusakan fisik atau kebusukan sehingga sampai di tangan konsumen. Hal ini merupakan bagian dari sortasi dan grading.
Akan tetapi petani responden tidak melakukan hal itu. Semua tanaman kangkung yang sudah dipanen langsung dikumpulakan kemudian dibersihkan

Ø  Pembersihan
Kangkung masih dalam keadaan baik dan segar sehingga konsumen pun merasa puas dengan mengonsumsi kangkung yang segar, daun- daun kangkung yang habis di panen dibersihkan dengan cara di cuci di bawah pancuran atau air yang mengalir untuk menghilangkan tanah dan hama yang masih menempel. Hal ini di lakukan karena sangat penting dalam kualitas kangkung juga untuk kesehatan karena adanya pencucian kangkung sebelum di pasarkan (AAK, 1993).
Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh petani kangkung responden yang ada di Kelurahan Bontolebang, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar. Pembersihan kangkung dilakukan dengan cara merendam tanaman kangkung di dalam air beberapa saat kemudian mencucinya dengan air bersih.

             
(Gambar 1) Pembersihan tanaman kangkung


Ø  Pengikatan

                                                         

















                                                          BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kangkung merupakan salah satu jenis sayuran hijau yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dan pertumbuhan badan dan untuk kekebalan tubuh serta bermamfaat untuk otak, karena daunnya banyak mengandung zat- zat gizi yang cukup tinggi seperti protein, mineral besi, kalsium dan vitamin. Tanaman kangkung mudah cara pembudidayaannya dan tidak menghendaki persyaratan tumbuh yang sulit. Tanaman kangkung dapat ditanam di dataran rendah atau datarn tinggi, pada semua jenis lahan (baik pekarangan, tegalan atau sawah ), dan tumbuh sepanjang tahun ( tidak mengenal musim).akan kangkung kadang juga di serang oleh hama maka dari itu perlu adanya penanganan.

B.     Saran
Sebaiknya dalam penanganan pascapanen kangkung di kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar perlu di tambah sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.










DAFTAR PUSTAKA

Bandini, Yusni dkk. 2000. Bertanam kangkung. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.

Sutarno, Hadi, 1996. Agribisnis tanaman hortikultura. Jakarta:  PT. penebar Swadaya