Jumat, 09 November 2012

Laporan perencanaan pembangunan pertanian tanaman padi di kabupaten gowa Laporan perencanaan pembangunan pertanian tanaman padi di kabupaten gowa Oleh: Kelompok genap JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2012 HALAMANA JUDUL Judul : Laporan Perencanaan Pembangunan Pertanian Tanaman Padi di Kabupaten Gowa Kelas/Kelompok : VI A/ Genap M. Arifin Jumziah Fika Susianti St. Rachma Jumadil Awal Awwal Sumantri Fahrullah M. Risal Hasan Supu Andi Ruslan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Salam dan shalawat kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah menuntun umatnya minassulumati ilannur. Makalah ini memfokuskan perumusan perencanaan pembagunan pertanian tanaman padi di Kabupaten Gowa Akhir kata, terima kasih untuk beberapa pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa pula kami meminta kritik dan saran dari yang lain, karena kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Makassar, Juli 2012 Penyusun I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian tanaman pangan khususnya tanaman padi mempunyai nilai strategis karena merupakan tulang punggung ketahanan pangan dan hajat hidup pendudukIndonesia. Hal ini tampak pada kebutuhan beras yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan penduduk (1,9%), dimana permintaan beras untuk tahun 2025 diperkirakan mencapai 78 juta ton. Salah satu usaha peningkatan produksi dilakukan melalui intensifikasi dengan perbaikan teknologi budidaya tanaman padi. Pemanfaatan sumberdaya baik lahan, air, tanaman dan organisme dalam budidaya tanaman padi sampai sekarang ini belum optimal. Hal ini tampak dari rendahnya efisiensi penggunaan input, hasil gabah per hektar, semakin banyaknya masalah hama dan penyakit dalam budidaya tanaman padi dan lain-lain. Oleh karena itu dalam sistem pertanian yang berkelanjutan perlu adanya perbaikan dalam strategi pengelolaan sumberdaya lahan, air, tanaman dan organisme (LATO) untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan input produksi. Dalam konsep tersebut, penggunaan komponen teknologi disesuaikan dengan kondisi setiap lokasi dimana antara komponen teknologi satu dengan lainnya bersinergi. B. Latar depan Berdasarkan kondisi Kabupaten Gowa saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun ke depan serta dengan memperhatikan potensi dan faktor strategis yang dimiliki daerah ini, maka Visi dan Misi Kabupaten Gowa tahun 2005-2025 dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Visi Penetapan visi Kabupaten Gowa didasari oleh keiginan yang kuat dari masyarakat untuk menjadikan Kabupaten Gowa sebagai daerah yang mampu memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki. Visi Kabupaten Gowa Tahun 2005-2025 adalah “Gowa menjadi andalan Sulawesi Selatan dan sejajar daerah termaju di Indonesia dalam mensejahterakan masyarakat.” Pernyataan visi tersebut mengandungmakna : • Andalan Sulawesi Selatan merupakan tujuan awal yang ingin dicapai oleh Kabupaten Gowa dalam proses pembangunan 20 tahun ke depan, yakni adalah dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya indicator kesejahteraan masyarakat dengan tetap berpengang teguh pada nilai budaya dan agama. Konsep ini juga berarti tujuan pembangunan Kabupaten Gowa adalah memberikan kontribusi dan dukungan yang besar dalam mewujudkan tercapainya Sulawesi Selatan sebagai daerah terkemuka di Indonesia. Kondisi ini di dukung oleh posisi geografis Kabupaten Gowa yang strategis, tingkat aksesibilitas yang tinggi, sarana dan prasarana yang memadai, potensi sumber daya alam, serta akar budaya yang kuat. • Sejajar daerah termaju di Indonesia adalah tujuan selanjutnya yang ingin dicapai oleh Kabupaten Gowa yakni berusaha untuk mensejajarkan diri dengan daerah termaju di Indonesia. Indicator yang digunakan untuk menjadi sejajar dengan daerah termaju di Indonesia adalah tingkat pendapatan perkapita masyarakat, struktur ekonomi yang berimbang. Kemandirian dalam pembiayaan pembangunan, kemampuan pengelolaan potensi daerah, pembangunan yang berwawasan lingkungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), stabilitas politik dan keamanan serta penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Konsep ini juga mengandung makna motivator, yakni berusaha membangkitkan kembali semangat masyarakat Kabupaten Gowa untuk maju, pantang menyerah dan tidak cepat putus asa. Dengan demikian, diharapkan masyarakat Kabuparen Gowa memiliki “self confidence” dan “fighting spirit” yang tinggi dalam proses pembangunan Kabupaten Gowa ke depan. • Tujuan akhir yang ingin dicapai dari pelaksana pembangunan di Kabupaten Gowa adalah kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek bersifat lahiriah dan batiniah. 2. Misi Sebagai tindak lanjut dari pernyataan visi yang dijelaskan di atas, maka dirumuskan misi yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Kabupaten Gowa dapat terlaksana dengan baik dan tujuan pembangunan dapat tercapai. Untuk mewujudkan visi Kabupaten Gowa maka ditetapkan misi sbagai berikut: • Mewujudkan Daya Saing Daerah adalah memperkuat struktur perkonomian daerah yang berbasis pertanian dengan keunggulan konpetitif melalui pembangunan system produksi, distribusi dan pemasaran, mengedepankan pembangunan SDM yang berkualitas dengan berbasis pada nilai budaya, pengembangan keagamaan, penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), pembangunan sarana dan prasana yang terpadu. Penegakan supremasi hukum dan perwujudan pemerintah yang menerapkan prinsip “good govermment dan good governance” pengembangan kerja sama dalam skala interkoneksitas wilayah, swasta dan masyarakat. • Mewujudkan Kemandirian Pembangunan yang Berkelanjutan adalah membangun kemampuan dan kekuatan yang berasal dari potensi daerah sendiri untuk dapat bebas menentukan nasib sejajar dan sederajat dengan daerah yang maju. Kemampuan diri dapat terecermin dari upaya optimalisasi manajemen keuangan daerah dan sumber-sumber pembiyaan pembangunan melalui intensifikasi, ekstensikasi dan difersifikasi, optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). • Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan adalah meningkatkan pembangunan yang berorientasi pada pengurangan kesenjangan pembangunan antara wilwyah dataran tinggi dengan dataran rendah, keberpihakan kepada masyarakat ( community development), penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh, dan menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk kesetaraan laki-laki dengan perempuan ( gender). II. PENILAIAN KONDISI SEKARANG A. Potensi Wilayah a. Sumber Daya Alam (SDA) Luas wilayah kabupaten Gowa yaitu I.883.33 km2 dalam 4,13℅. Total jumlah penduduk Kabupaten Gowa 652.941 jiwa, dalam 8,13℅ Kepadatan penduduk 347 orang/km2. Laju pertumbuhan penduduk 2.46℅. Rata-rata curah hujan dari bulan Januari-Desember yaitu 339,5. Rata-rata hari hujan dari bulan Januari 23. Luas panen tanaman jagung Kabupaten Gowa yaitu 43.001 Ha dan produksi tanaman jagung Kabupaten Gowa yaitu 213.186 ton b. Teknologi Dalam pengembangan tanaman padi, perlu adanya teknologi yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Salah satu teknologi yang digunakan adalah teknik irigasi dan drainase. B. Hasil yang ingin dicapai Dengan berbagai upaya dan kebijakan yang telah diambil maka diharapkan produksi tanaman padi untuk jangka panjang dapat meningkat. III. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN Dalam menunjang pembangunan pertanian maka kebijakan yang diambil adalah : 1. Pencapaian Swasembada dan swasembada berkelanjutan Padi dan jagung sudah swasembada. Oleh karena itu diprogramkan menjadi swasembada berkelanjutan. Agar swasembada berkelanjutan ini dapat dipertahankan, maka target peningkatan produksinya minimal sama dengan pertumbuhan permintaan dalam negeri. Dengan memperhitungkan laju pertumbuhan penduduk secara nasional, permintaan bahan baku industri dalam negeri, kebutuhan stok nasional dalam rangka stabilitas harga serta pemenuhan peluang eskpor, maka produksi pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 75,70 juta ton. Namun dengan melihat perkembangan pangan dunia dan dampak perubahan iklim Presiden menetapkan bahwa pada tahun 2014 Indonesia tidak cukup hanya swasembada berkelanjutan tetapi harus surplus 10 juta ton beras!. Semula sesuai dengan renstra Kementan menuju tahun 2014 ini, produksi padi tahun 2011 ditetapkan 68,8 juta ton (dinaikkan menjadi 70,60 juta ton). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai sasaran ini, seperti melaksanakan SLPTT, bantuan benih langsung dsbnya. Tetapi karena dampak iklim, adanya serangan hama penyakit, konversi lahan ke non pertanian, ternyata sasaran swasembada berkelanjutan belum menjadi kenyataan. Untuk meraih swasembada dan swasembada berkelanjutan ini diharapkan ada dukungan utama berupa perluasan lahan seluas 2 juta hektar selama 2012-2014. Menurut Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan realisasi cetak sawah baru selama lima tahun terakhir (2006-2010) hanya sekitar 69.102 ha atau bertambah 14 ribu ha pertahun. Angka tersebut jauh di bawah target pencetakan sawah baru seluas 100 ribu ha pertahun. Diperkirakan defisit areal persawahan produktif dari tahun ke tahun semakin membesar. Idealnya . pemerintah perlu melakukan cetak sawah baru 200 ribu ha/tahun, atau minimal 100 ha per tahun. 2. Peningkatan Diversifikasi Pangan Dalam rangka swasembada pangan, diversifikasi pangan menjadi keharusan. Menurut statistik konsumsi beras perkapita rakyat Indonesia mencapai 139,5 kg/orang/tahun. Ini angka konsumsi tertinggi di Asia. Bahkan mungkin di dunia. Menyadari akan hal ini pemerintah telah bertekad untuk penurunan tingkat konsumsi beras masyarakat sebesar 1,5% pertahun. Melalui program yang terarah ternyata pada tahun 2010 yang lalu target ini dapat diraih. Pemerintah telah bertekad bahwa konsumsi per kapita/th untuk tahun 2011 sebesar 138,24 kg; tahun 2012 sebesar 137,34; tahun 2013 sebesar 136,44 dan tahun 2014 sebesar 135,55 kg. Peluang ini sebenarnya dapat diraih mengingat selain beras, Indonesia mempunyai banyak sumber karbohidrat mulai dari jagung, sagu, singkong, ubi, talas, gembili, kentang serta umbi-umbian lainnya. Dengan pengolahan sedemikian rupa akan menjadi pangan yang mengundang selera. Pola makan yang amat tergantung pada beras tidak baik untuk masa depan. Selain tidak baik untuk kesehatan (kurang variasi jenis asupan karbohidrat vitamin, protein, glukosa), beras minded berpotensi membuat ketahanan pangan kita rentan. Bayangkan, jika suatu ketika, produksi padi nasional Indonesia, karena bencana, anomali iklim atau sebab lainnya-tak sanggup memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Maka meningkatkan diversifikasi pangan menjadi keharusan. Pangan yang beragam lebih menjamin ketahanan pangan. 3. Peningkatan Nilai tambah, daya saing dan Ekspor Dalam tahun 2011 kinerja ekspor pertanian masih terus meningkat. Perkembangan positif ini terjadi berkat kerjasama dan kerja keras semua pihak, termasuk para petani, aparat dan praktisi bisnis pertanian. Dalam tahun 2011, Semester I, ekspor pertanian mencapai angka 21,6 miliar dolar USD atau meningkat 115% dari posisi tahun 2009. Perkembangan menggembirakan juga terjadi dengan surplus neraca ekspor-impor komoditas sektor pertanian. 4. Peningkatan kesejahteraan petani Untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani, pemerintah menggulirkan kebijakan dan program pembangunan pertanian. Dalam bentuk kebijakan, antara lain berupa penetapan harga pokok pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah/beras, penetapan harga eceran (HET) pupuk bersubsidi, serta kebijakan pembatasan importasi dan stabilisasi harga. Berbagai program pembangunan juga telah, sedang dan terus digulirkan untuk membina, melindungi dan memberdayakan petani. Antara lain pemberian bantuan langsung pupuk dan benih unggul, bantuan pembiayaan melalui skema Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), bantuan LM3 (Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat), KUPS (Kredit Usaha Pembibitan Sapi), KUR (Kredit Usaha Rakyat), penggantian sarana produksi dan biaya pengolahan sawah untuk yang terkena puso (gagal panen), bantuan alat dan mesin pertanian (pompa, hand tractor, terpal), perbaikan sarana jalan dan irigasi tingkat desa, serta beberapa program pemberdayaan petani. IV. MASALAH DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitaslahan. Disisi lain sumberdaya alam terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usahatani padi, agar usahatani padidapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat berlanjut. V. PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Agar kebijakan yang telah disusun dapat berjalan dengan baik, maka penyusunan program kerja sangatlah penting, karen program tersebut sangat menunjang keberhasilan dari sebuah perencanaan. Untuk mendukung program tersebut maka telah dirumuskan 6 program, yaitu: 1. Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) dirasakan sebagai program pemacu penguatan awal permodalan kelompok dan sebagai cikal bakal terbangunnya kelembagaan keuangan mikro di pedesaan. 2. SL-PTT; yang diikuti dengan pendampingan penyuluh dan tenaga POPT serta subsidi benih bermutu, telah mendorong kelompok tani secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap pupuk dan bahan pengendalian hama penyakit kimia sintetis, dengan perolehan hasil panen 7 – 21 % lebih tinggi dari pola pertanian konvensional, 3. Primatani, merupakan program akselerasi penerapan inovasi teknologi, mampu meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan kesejahteraan para anggota kelompok tani yang terlibat dalam program tersebut, 4. LM-3, secara nyata menciptakan kemandirian lembaga-lembaga keagamaan di bidang ekonomi, menjadi motor penggerak agribisnis di lingkungan masyarakat sekitarnya serta menghasilkan lulusan santri yang kuat di bidang aqidah dan siap menjadi wirausaha di bidang agribisnis, 5. Jitut dan jides yang pembangunannya dilaksanakan dengan pola swadaya masyarakat, tidak hanya menumbuhkan rasa kepemilikan yang kuat, tetapi juga tepat sasaran dan kebutuhan serta meningkatkan intensitas penanaman dari satu kali setahun menjadi 2 kali setahun; serta 6. Revitalisasi perkebunan, yang banyak membantu para petani pekebun melakukan peremajaan tanaman. Terungkap juga bahwa situasi kritis yang menimpa para pekebun sebagai dampak krisis financial global sudah terlampaui. Harga sawit (TBS) di tingkat petani sudah mencapai antara Rp. 970,- sampai Rp. 1050,- per Kg, sedangkan pendapatan petani karet juga sudah mulai merayap mencapai sekitar Rp. 40.000/hari/Ha. Persoalan yang dihadapi pekebun saat ini khususnya petani pekebun swadaya adalah kekurangan tenaga kerja. VI. PENUTUP Perencanaan pembangunan (pertanian) yang lebih aspiratif, demokratis dan akuntabel akan menjadi bagian dari modal sosial (social capital) dalam pembangunan pertanian masa depan. Sangat diperlukan berbagai instrumen dalam pengembangan wilayah berbasis pertanian yang dapat diimplementasikan. Untuk sampai pada implementasi tersebut, harus menjadi kesadaran semua pihak bahwa membangun visi, strategi, dan praksis kebijakan pertanian masa depan menghendaki pelibatan segenap stakeholders yaitu seluruh masyarakat (pertanian), sehingga kinerja yang dihasilkan akan lebih aspiratif, termotivasi, kreatif, inovatif, berkualitas dan berkelanjutan. Disadari bahwa hal itu tidak mudah dan tidak sederhana dilakukan, akan tetapi sangat tergantung kerja keras segenap masyarakat dan keberanian pimpinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar